Contoh Penerapan Diagram Simpal Kausal (CLD) Oleh Najla Qurrata PDS5B23

 Nama: Najla Qurrata Aini Putri Yusrizal

Kelas / NIM : 5B / 2103015179

Contoh Penerapan Diagram Simpal Kausal

Pendahuluan
        Diagram Simpal Kausal (CLD) digunakan untuk menghubungkan antara variabel-variabel yang membentuk model dalam sistem perikanan. Berdasarkan jurnal Kholil M. (2007), berikut adalah beberapa poin penting yang terkait dengan penggunaan CLD  dalam konteks perikanan:
  1. Model Mental: Model mental adalah representasi mental yang mencakup konsep teoritis dan empiris yang membantu individu dalam memahami dan menganalisis kondisi nyata. Dalam konteks perikanan, model mental membantu para pemangku keputusan dalam pengelolaan kebutuhan perikanan.
  2. Dasar Pembuatan Model Mental: Dasar pembuatan model mental adalah kondisi nyata keadaan perikanan yang ada di Kabupaten Konawe Selatan. Model mental ini mencakup variabel-variabel yang mempengaruhi kondisi keadaan perikanan, seperti lactation, weaning, dan produksi ayam.
  3. Analisis Model Mental: Analisis model mental melibatkan penggunaan metode statistik descriptif dan inferensial, seperti analisis korelasi, regresi, dan kausalitas. Metode ini membantu dalam mengidentifikasi hubungan antara variabel-variabel yang mempengaruhi kondisi keadaan perikanan.
  4. Penggunaan CLD: Diagram Simpal Kausal digunakan untuk menghubungkan antara variabel-variabel yang membentuk model dalam sistem perikanan. CLD membantu dalam visualisasi hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel dan memahami sistem dinamika yang ada di dalam kondisi keadaan perikanan.
        Secara keseluruhan, penggunaan Diagram Simpal Kausal dalam konteks perikanan membantu para pemangku keputusan dalam memahami dan menganalisis kondisi keadaan perikanan, serta membuat keputusan yang solid dalam pengelolaan kebutuhan perikanan.

Subsistem Diagram Simpal Kausal 
    Dari diagram simpal kausal (CLD) kondisi perikanan yang ada di Kabupaten Konawe Selatan yang telah dibuat, maka model sistem perikanan Kabupaten Konawea Selatan dibagi menjadi 4 Sub Sistem, yaitu Sub Sistem Pasar, Sub Sistem Konsumsi, Sub Sistem Jumlah Tangkapan, dan Sub Sistem SDM.
    Model ini mencerminkan hubungan antara variabel-variabel yang mempengaruhi sistem perikanan di Kabupaten Konawe Selatan. Dengan mengidentifikasi subsistem ini, dapat kita menganalisis dan mengembangkan strategi pengelolaan yang efektif untuk meningkatkan produksi dan distribusi makanan ikan di wilayah tersebut.

Sub Model Pasar/Penjualan
    Sub model Pasar terdiri dari Stock (Level) dan Flow (Aliran) atau sebelumnya disebut Rate konsumen rumah tangga yang dipengaruhi oleh jumlah konsumen rumah tangga, jumlah tangkapan, industri pengolahan, dan regulasi dari Pemda Kabupaten Konawe Selatan. Penulis membatasi sub model Pasar hanya pada hasil perikanan berupa hasil tangkapan dilaut, tidak termasuk budidaya perikanan lainnya. Pasar akan meningkat dipengaruhi oleh laju konsumsi, yang dipengaruhi oleh besarnya konsumen rumah tangga dan permintaan industri pengolahan ikan. Pertumbuhan pasar sektor perikanan akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui restribusi/pajak yang dibebankan pada hasil penjualan, serta Produk Domestik Bruto (PDRB) daerah tersebut. Berikut merupakan gambar Model Sub Sistem Pasar:

Sub Model Konsumen Rumah Tangga
        Dalam sub model ini, jumlah ikan yang dikonsumsi oleh Rumah Tangga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jumlah Rumah Tangga dan harga ikan. Hal ini mencerminkan hubungan antara variabel-variabel tersebut dalam konteks konsumsi ikan oleh Rumah Tangga. Konsumen rumah tangga merupakan salah satu tipe konsumen yang melakukan tindakan guna mencapai dan memenuhi kebutuhannya dalam penggunaan, pengkonsumsian, maupun penghabisan barang dan jasa. Peningkatan konsumsi rumah tangga pada produk perikanan berdampak menaikkan output perekonomian dan berdampak positif .
  • Sub Model Konsumen Rumah Tangga (ikan) didasarkan pada Stock Konsumen Rumah Tangga yang dipengaruhi oleh aliran atau Flow laju konsumen RT.
  • Jumlah Stock Konsumen Rumah Tangga tergantung pada jumlah Rumah Tangga dan harga ikan.

Sub Model Jumlah Tangkapan
    Sub Sistem Jumlah Tangkapan dalam model sistem perikanan Kabupaten Konawe Selatan menggambarkan bahwa jumlah tangkapan sebagai Stock (Level) dipengaruhi oleh laju penangkapan ikan yang merupakan Flow (Aliran). Laju penangkapan ikan dipengaruhi oleh potensi kelautan, alat tangkap, dan sumber daya manusia yang kompeten. Jumlah tangkapan akan mempengaruhi industri pengolahan ikan.
  • Sub Sistem Jumlah tangkapan menyatakan bahwa jumlah tangkapan sebagai Stock (Level) dipengaruhi oleh laju penangkapan ikan yang merupakan Flow (Aliran).
  • Laju penangkapan ikan dipengaruhi oleh potensi kelautan, alat tangkap, dan sumber daya manusia yang kompeten.
  • Jumlah tangkapan akan mempengaruhi industri pengolahan ikan.

Sub Model SDM
        Dalam sub sistem ini, jumlah penduduk di Kabupaten Konawea Selatan dianggap sebagai Stock (Level) dan dipengaruhi oleh faktor seperti imigrasi dan emigrasi. Emigrasi penduduk terjadi karena kesulitan mendapatkan penghasilan yang layak, sementara banyak pekerja pendatang menetap dan menjadi penduduk permanen di wilayah ini karena Kabupaten Konawea Selatan merupakan Kota Kabupaten baru.
  • Sub Sistem Populasi Penduduk menggambarkan jumlah penduduk di Kabupaten Konawea Selatan yang lahir dan meninggal.
  • Jumlah penduduk dipengaruhi oleh imigrasi dan emigrasi.
  • Emigrasi penduduk terjadi karena kesulitan mendapatkan penghasilan yang layak.
  • Karena merupakan Kota Kabupaten baru, banyak pekerja pendatang yang menetap dan menjadi penduduk permanen di wilayah ini.

Diagram Kausal Keseluruhan

Soal dan Jawaban
  1. Bagaimana Diagram Simpal Kausal (CLD) membantu dalam menggambarkan hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel dalam sistem perikanan? Jelaskan kontribusi visualisasi tersebut terhadap pemahaman sistem dinamika perikanan.
    Jawaban: 
    CLD membantu menggambarkan hubungan sebab-akibat dengan menghubungkan variabel-variabel dalam sistem perikanan. Visualisasi ini memungkinkan pemangku keputusan untuk melihat secara jelas bagaimana satu variabel mempengaruhi yang lain, menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika sistem perikanan. Misalnya, CLD dapat memvisualisasikan bagaimana perubahan dalam produksi ayam dapat mempengaruhi kondisi lactation dan weaning, dan sebaliknya. Ini membantu dalam membuat keputusan yang lebih tepat terkait pengelolaan kebutuhan perikanan.
  2. Apa yang menjadi dasar pembuatan Model Mental dalam studi kasus Kabupaten Konawe Selatan, dan bagaimana model ini mencakup variabel-variabel yang mempengaruhi kondisi keadaan perikanan?
    Jawaban:
    Dasar pembuatan Model Mental adalah kondisi nyata keadaan perikanan di Kabupaten Konawe Selatan. Model ini mencakup variabel-variabel seperti lactation, weaning, dan produksi ayam yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kondisi keadaan perikanan di wilayah tersebut.
  3. Bagaimana interaksi antar subsistem dalam diagram simpal kausal dapat memberikan wawasan tambahan untuk pengembangan kebijakan perikanan di tingkat lokal?
    Jawaban: 
    Interaksi antar subsistem dapat memberikan wawasan tambahan dengan menunjukkan dampak gabungan variabel. Misalnya, melihat bagaimana perubahan suhu air dan keberadaan plankton saling memengaruhi dapat membantu merancang kebijakan yang lebih holistik untuk mendukung keberlanjutan perikanan.
  4. Mengapa penting untuk menganalisis subsistem perikanan di tingkat Kabupaten? Sebutkan setidaknya tiga alasan dan jelaskan implikasinya dalam pengelolaan perikanan.
    Jawaban:
    Analisis subsistem perikanan di tingkat Kabupaten penting karena pertama, dapat membantu memahami faktor-faktor lokal yang mempengaruhi produksi ikan. Kedua, memungkinkan pengembangan strategi pengelolaan yang sesuai dengan karakteristik wilayah. Ketiga, dapat meningkatkan ketahanan pangan lokal dan distribusi makanan ikan.
  5. Dalam konteks pengembangan strategi pengelolaan, bagaimana Anda akan memprioritaskan variabel-variabel yang ada dalam subsistem diagram simpal kausal? Jelaskan pertimbangan Anda.
    Jawaban:
    Prioritas variabel harus ditetapkan berdasarkan tingkat pengaruhnya terhadap sistem perikanan. Variabel yang memiliki dampak besar, seperti faktor iklim atau keberadaan predator, mungkin perlu diprioritaskan untuk pengelolaan intensif. Pertimbangan lain termasuk tingkat kerentanan dan keberlanjutan pengelolaan.
  6. Sebagai kebijakan yang mungkin dilakukan oleh Pemda Kabupaten Konawe Selatan, bagaimana pengelolaan sub model Pasar dapat diarahkan untuk mencapai keberlanjutan sumber daya laut dan pertumbuhan ekonomi secara seimbang?
    Jawaban:
    Kebijakan yang diarahkan pada sub model Pasar harus mencakup aspek keberlanjutan, termasuk regulasi yang mendukung pemeliharaan sumber daya laut dan pengelolaan hasil tangkapan. Keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan sumber daya laut perlu diperhatikan, mungkin melalui pengembangan teknologi yang ramah lingkungan dan program pengelolaan yang terukur.
  7. Apakah dampak regulasi dari Pemda Kabupaten Konawe Selatan terhadap sub model Pasar dapat mempengaruhi secara langsung laju konsumsi? Jelaskan bagaimana regulasi dapat berperan dalam membentuk pola konsumsi dan akhirnya memengaruhi pasar hasil tangkapan laut.
    Jawaban:
    Regulasi dari Pemda Kabupaten Konawe Selatan dapat memiliki dampak signifikan terhadap sub model Pasar. Misalnya, regulasi terkait kuota tangkapan atau perlindungan sumber daya laut dapat memengaruhi jumlah hasil tangkapan yang masuk ke pasar. Hal ini dapat merubah pola konsumsi dan memberikan efek domino pada pasar hasil tangkapan laut.
  8. Dalam perspektif keberlanjutan, bagaimana Sub Model Konsumen Rumah Tangga dapat memberikan pandangan terkait dengan potensi risiko atau tantangan terhadap sumber daya ikan? Jelaskan keterkaitan antara laju konsumsi ikan dan keberlanjutan ekosistem perairan.
    Jawaban:
    Sub Model Konsumen Rumah Tangga dapat membantu mengidentifikasi potensi risiko terhadap sumber daya ikan melalui analisis laju konsumsi. Jika laju konsumsi melebihi tingkat reproduksi ikan, hal ini dapat mengancam keberlanjutan ekosistem perairan. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang interaksi antara konsumsi ikan dan keberlanjutan ekosistem perairan diperlukan untuk merancang kebijakan yang mendukung keseimbangan tersebut.
  9. Bagaimana Sub Sistem Jumlah Tangkapan dapat memberikan informasi yang kritis terkait dengan potensi risiko atau tantangan terhadap sumber daya perikanan? Jelaskan bagaimana analisis laju penangkapan dapat membantu mendeteksi risiko overfishing atau depleksi sumber daya laut.
    Jawaban:
    Sub Sistem Jumlah Tangkapan dapat membantu mendeteksi potensi risiko terhadap sumber daya perikanan melalui analisis laju penangkapan. Jika laju penangkapan melebihi tingkat reproduksi sumber daya, ini dapat mengindikasikan risiko overfishing atau depleksi sumber daya laut. Analisis ini penting untuk merancang kebijakan yang mendukung keberlanjutan perikanan.
  10. Dalam konteks kesulitan mendapatkan penghasilan yang layak sebagai penyebab emigrasi penduduk, jelaskan bagaimana kondisi ekonomi lokal dapat menjadi faktor utama yang memengaruhi keputusan penduduk untuk meninggalkan wilayah tersebut. Sebutkan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi permasalahan ini.
    Jawaban: 
    Kesulitan mendapatkan penghasilan yang layak dapat menjadi penyebab emigrasi penduduk yang serius. Kondisi ekonomi lokal yang tidak stabil atau kurang berkembang dapat mendorong penduduk mencari peluang ekonomi di tempat lain. Untuk mengatasi permasalahan ini, langkah-langkah dapat melibatkan pengembangan program pelatihan keterampilan, peningkatan lapangan pekerjaan lokal, dan pengembangan sektor ekonomi yang berpotensi.

Link PowerPoint: PowerPoint Slide.

Artikel ini dibuat sebagai tugas kuliah  sebagaimana yang tertuang dalam https://onlinelearning.uhamka.ac.id / OLU.

Comments

Popular posts from this blog

Tugas 2 : Pengantar Kriptografi oleh Najla Qurrata

Tugas Trafik Untuk Nilai Tambahan UAS Oleh Najla Qurrata 4C

Kriptografi Klasik Oleh Najla Qurrata